[ Minggu, 10 Agustus 2008 ] By JAWAPOS
Rujak Cingur Petis Spesial
Makanan khas Surabaya identik dengan rujak cingur. Salah satu warung rujak cingur paling legendaris adalah Depot Genteng. Warung ini terletak di Kampung Genteng Durasim, tepatnya di belakang Hotel Weta, Jl Gentengkali.
Dikatakan legndaris karena menu rujak cingur Depot Genteng sudah ada sejak 1938. ''Pada masa itu yang berjualan masih nenek saya. Mbah Moro namanya,'' ujar Henri Sudikto, pengelola Depot Genteng saat ini. Henri merupakan generasi ketiga.
Bahan dasar rujak cingur Depot Genteng tidak jauh berbeda dengan rujak cingur umumnya. Terdiri dari kecambah, kangkung, mie, lontong, cingur, tahu dan tempe. Seluruh bahan itu lantas diguyur dengan bumbu petis. Selain bahan-bahan tadi, rujak bisa juga ditambah dengan aneka buah segar, seperti bengkoang, mangga, dan nanas. Ini namanya rujak campur. ''Kesukaan orang kan berbeda-beda. Ada yang suka buah, ada juga yang tidak. Ada juga yang lebih srek makan rujak pakai nasi. Tergantung selera. Kita tinggal nuruti saja,'' kata Henri.
Nah, menu rujak itu lantas dibagi lagi. Yaitu rujak biasa dan rujak spesial. Pembagian label itu berdasarkan dari petis dan porsinya. Menurut Henri, untuk rujak biasa petis yang digunakan standar. Sedangkan rujak spesial porsi petis ''enak''-nya lebih banyak, dengan porsi lebih besar, dan cingur yang banyak dagingnya. Khusus yang memesan rujak campur istimewa, buah-buahannya lebih spesial. ''Ada belimbing madunya segala,'' kata dia.
Apa pun jenis rujaknya, baik rujak spesial maupun biasa, bumbu rujak cingur Depot Genteng sangat khas. Maklum, Henri tidak sembarangan dalam memilih bahan. Untuk petis misalnya, setidaknya digunakan tiga macam petis sekaligus. Yaitu petis ikan, petis udang, dan petis biasa (yang terbuat dari tepung dan gula merah). ''Petis ini jenis yang enak,'' tegasnya.
Untuk petis, Henri tidak kulakan di satu tempat saja. Dia mengombinasikan petis-petis kualitas nomor wahid dari Sidoarjo, Gresik, dan Madura. Semua dioplos menjadi satu dengan komposisi tertentu. ''Bumbu petis nggak sip kalau hanya mengandalkan petis dari satu daerah saja. Harus dicampur begini biar enak,'' katanya. (ign/ari)
Rujak Cingur Petis Spesial
Makanan khas Surabaya identik dengan rujak cingur. Salah satu warung rujak cingur paling legendaris adalah Depot Genteng. Warung ini terletak di Kampung Genteng Durasim, tepatnya di belakang Hotel Weta, Jl Gentengkali.
Dikatakan legndaris karena menu rujak cingur Depot Genteng sudah ada sejak 1938. ''Pada masa itu yang berjualan masih nenek saya. Mbah Moro namanya,'' ujar Henri Sudikto, pengelola Depot Genteng saat ini. Henri merupakan generasi ketiga.
Bahan dasar rujak cingur Depot Genteng tidak jauh berbeda dengan rujak cingur umumnya. Terdiri dari kecambah, kangkung, mie, lontong, cingur, tahu dan tempe. Seluruh bahan itu lantas diguyur dengan bumbu petis. Selain bahan-bahan tadi, rujak bisa juga ditambah dengan aneka buah segar, seperti bengkoang, mangga, dan nanas. Ini namanya rujak campur. ''Kesukaan orang kan berbeda-beda. Ada yang suka buah, ada juga yang tidak. Ada juga yang lebih srek makan rujak pakai nasi. Tergantung selera. Kita tinggal nuruti saja,'' kata Henri.
Nah, menu rujak itu lantas dibagi lagi. Yaitu rujak biasa dan rujak spesial. Pembagian label itu berdasarkan dari petis dan porsinya. Menurut Henri, untuk rujak biasa petis yang digunakan standar. Sedangkan rujak spesial porsi petis ''enak''-nya lebih banyak, dengan porsi lebih besar, dan cingur yang banyak dagingnya. Khusus yang memesan rujak campur istimewa, buah-buahannya lebih spesial. ''Ada belimbing madunya segala,'' kata dia.
Apa pun jenis rujaknya, baik rujak spesial maupun biasa, bumbu rujak cingur Depot Genteng sangat khas. Maklum, Henri tidak sembarangan dalam memilih bahan. Untuk petis misalnya, setidaknya digunakan tiga macam petis sekaligus. Yaitu petis ikan, petis udang, dan petis biasa (yang terbuat dari tepung dan gula merah). ''Petis ini jenis yang enak,'' tegasnya.
Untuk petis, Henri tidak kulakan di satu tempat saja. Dia mengombinasikan petis-petis kualitas nomor wahid dari Sidoarjo, Gresik, dan Madura. Semua dioplos menjadi satu dengan komposisi tertentu. ''Bumbu petis nggak sip kalau hanya mengandalkan petis dari satu daerah saja. Harus dicampur begini biar enak,'' katanya. (ign/ari)
No comments:
Post a Comment